SHARE

Istimewa

CARAPANDANG.COM - Minyak berjangka tergelincir 1,5 persen dalam perdagangan berombak pada akhir transaksi Jumat (Sabtu pagi WIB), menjelang pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) pada Minggu (4/12) dan larangan Uni Eropa (UE) pada minyak mentah Rusia pada Senin (5/12).

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari merosot 1,31 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi menetap di 85,57 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari terpangkas 1,24 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi ditutup di 79,98 dolar AS per barel.

Kedua kontrak turun, setelah keluar dan masuk dari wilayah negatif, tetapi membukukan kenaikan mingguan pertama mereka masing-masing sekitar 2,5 persen untuk Brent dan 5,0 persen untuk WTI, setelah tiga minggu berturut-turut mencatat penurunan.

"Pedagang akan ragu-ragu untuk menjual selama akhir pekan jika ada gemuruh yang berkembang bahwa OPEC+ mungkin mencoba untuk mengejutkan pasar pada pertemuan akhir pekan mereka," kata Phil Flynn, seorang analis di grup Price Futures.

OPEC+ secara luas diperkirakan akan tetap pada target terbarunya untuk mengurangi produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari (bph) ketika bertemu pada Minggu (4/12), tetapi beberapa analis percaya bahwa harga minyak mentah dapat turun jika kelompok tersebut tidak melakukan pemotongan lebih lanjut.

"Minyak mentah membawa risiko akhir pekan yang lebih signifikan dan bisa sangat fluktuatif pada pembukaan minggu depan," kata analis Oanda, Craig Erlam, pandangan yang digaungkan oleh analis lainnya.

Produksi minyak Rusia bisa turun 500.000 menjadi 1 juta barel per hari pada awal 2023 karena larangan Uni Eropa atas impor melalui laut mulai Senin (5/12), kata dua sumber di produsen utama Rusia.
 

Halaman :
Tags
SHARE