SHARE

Foto: Swa.co.id

Elin yang berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja memiliki keinginan untuk bekerja keras agar bisa membantu orang tuanya.

Ia ingin membuktikan diri bahwa anak perempuan bisa sukses dalam karier. Elin lantas mulai bekerja di usia 21 tahun dan pada usia 23 tahun dia bisa menjadi asisten manajer.

Menginjak usia 25 tahun dia sudah menjadi manajer. "Umur 27 tahun, posisi saya sudah Vice President (VP), saya sudah jadi kayak head of agency atau chief agency officer."

Sukses di usia muda rupanya tak mudah dijalani ELin Waty. Harus memimpin di usia muda membuatnya cenderung emosional namun tak jarang berpura-pura lebih kuat dari yang sebenarnya.

Tak jarang dia menangis saat dirinya sedang sendirian agar orang-orang tak tahu kerapuhannya.

"Kalau sekarang, sudah lebih tenang, berpikir apa yang harus dilakukan, tegar, dan mengambil keputusan,” ujarnya.

Terapi

Menulis menjadi bagian dari terapi yang mengobati luka-luka di dalam jiwa bagi ELin Waty karena menurut dia itu bisa membantu mengatasi tekanan yang dihadapi.

"Menulis dengan healing therapy. Menulis membantu saya mengurai perasaan dan gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Kegiatan menulis saya rasakan sangat bermanfaat sebagai bagian dari healing therapy, khususnya di tengah tekanan selama masa pandemi," kata dia.

"Berbagai diskusi dan obrolan ringan bersama banyak rekan, menginspirasi saya untuk menulis sebuah buku yang harapannya bukan hanya bermanfaat untuk diri saya sendiri, tapi juga menginspirasi lebih banyak orang untuk lebih percaya diri dan tidak mudah menyerah dalam mencapai goals yang mereka impikan,” kata Elin Waty.

Buku "Segelas Kopi dan Segudang Cerita Karier" juga berisi kisah Elin Waty sebagai seorang presiden direktur perempuan dan berkebangsaan Indonesia pertama, yang dipercaya memimpin Sun Life di Indonesia.

Lebih lanjut, caring leadership yang diterapkan Elin juga mendapat dukungan dari Erwin Parengkuan, Communication Practitioner & Speaking Coach.
 

Halaman :