SHARE

Istimewa

CARAPANDANG.COM- Saat memasuki umur 40 hingga 50 tahun, baik pria maupun wanita cenderung mengalami peningkatan kadar kolesterol dalam darah terutama lipoprotein densitas rendah (low-density lipoprotein/LDL) atau lemak jahat.

Peningkatan ini kemungkinan dipengaruhi oleh perubahan fungsi dan metabolisme yang semakin menurun. Dan, faktor yang sulit dikendalikan adalah genetika. 

"Orang yang mempunyai riwayat keluarga hiperkolesterol, walaupun kurus tetap berisiko terjadinya hiperkolesterol," ujar Dietisien (Dietitian) Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Jawa Barat, Yesi Herawati dalam keterangan resmi yang dilansir dari Liputan6.com pada Minggu, 3 Januari 2021.

Yesi mengatakan bahwa selain faktor genetika, kolesterol tinggi juga bisa terjadi karena mengonsumsi makanan yang tinggi lemak jenuh dan lemak trans seperti gorengan, makanan bersantan, ayam dengan kulit, dan kuning telur.

Yesi, menambahkan, kurangnya berolahraga juga dapat meningkatkan kolesterol. Dengan berolahraga dapat membantu meningkatkan lemak baik atau lipoprotein densitas tinggi (HDL) dan membuat LDL menjadi kurang berbahaya dengan meningkatkan ukuran partikel yang membentuk LDL.

"Obesitas juga ikut andil dalam peningkatan kolesterol total. LDL dan trigliserida serta berperan dalam penurunan HDL. Asupan makan berlebih dan aktivitas fisik yang kurang semakin memperberat terjadinya obesitas," kata Yesi.

Apalagi, lanjut Yesi, saat ini orang sudah dimanjakan dengan banyak kemudahan terutama alat transportasi. Sehingga orang lebih banyak naik kendaraan daripada jalan kaki, lebih banyak duduk santai daripada mengerjakan pekerjaan rumah.

Yesi pun mengingatkan kolesterol tinggi meningkatkan risiko seseorang terkena penyempitan pembuluh darah arteri, karena penumpukan plak dan pengerasan dinding pembuluh darah arteri yang disebut aterosklerosis.

"Seiring waktu, kondisi ini dapat menyebabkan penyakit jantung koroner bila aterosklerosis terjadi di pembuluh darah jantung," Yesi menjelaskan.

Lebih lanjut, penyakit jantung koroner dapat ditandai dengan keluhan nyeri dada atau angina dan berisiko menyebabkan serangan jantung. Kondisi serupa dapat terjadi pada pembuluh darah otak yang akan menyebabkan stroke, juga pada pembuluh darah lainnya.

Seperti tungkai, lengan serta perut, yang akan menyebabkan penyakit arteri perifer. Selain masalah jantung dan pembuluh darah, Yesi menyebut bahwa kolesterol tinggi juga dapat meningkatkan pembentukan kristal empedu yang bisa mengeras menjadi batu empedu.

"Mengingat risiko dari kolesterol tinggi, maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol dalam darah secara berkala," kata Yesi.

Terutama, lanjut Yesi, bagi seseorang yang memiliki keluarga riwayat kolesterol tinggi atau penyakit jantung dan pembuluh darah. Serta bagi seseorang yang memiliki berat badan berlebih, hipertensi, atau diabetes.

Tags
SHARE